Setelah terbit matahari, seperti biasa beberapa petugas sampah di kota Tarim mengangkat sampah-sampah yang ada dipinggiran jalan dan menaikinya ke mobil sampah, pagi hari itu aku mengendarai motor dengan santai, tatkala melewati salah seorang petugas sampah yang sedang memikul karung dan kedua bibirnya terlihat melantunkan bacaan, aku mengucapkan salam dan langsung dijawabnya dengan tegas. Tiga hari kemudian pada malam rabu aku pergi ke Rubat Tarim untuk menemui Syekh Muhammad Al-Khotib dan Syekh Muhammad Baudhon keduanya adalah anggota mufti Tarim, biasanya aku menemuinya dalam halaqoh mereka untuk menyerahkan hasil fatwa-fatwa majelis ifta’. Sewaktu di halaqah Syekh Muhammad Baudhon yang sedang tilawah al-Qur’an dan yang membaca pada giliran seorang yang berjanggut dan menggunakan imamah, dalam hatiku sepertinya wajah orang ini tidak asing bagiku. Setelah ia selesai membaca, aku menjabat tangannya dan menyelesaikan urusan dengan Syekh Baudhon dan meninggalkan halaqoh tersebut. Pada hari Jum'at’at sore, aku berjalan ke arah Masjid Muhdhor dan menemui seorang yang sedang bertugas menyedot air yang tergenang di jalan. Ternyata aku baru tersadar bahwa petugas itu adalah petugas sampah yang menjawab salamku dengan tegas beberapa hari yang lalu dan ternyata dia juga yang hadir dihalaqah Rubat Tarim, dan dia adalah seorang penghafal al-Qur’an, sore itu terdengar sambil bekerja ia melantunkan ba’it-ba’it Zubad ibin Ruslan (matan ilmu fiqih). Subhanallah, inilah kota Tarim yang disebut tempat tumbuhnya para Ulama’ dan Auliya’ As-Sholihin
sumber :
https://syusamahbsa.wordpress.com/2018/01/02/pemungut-sampah-di-kota-tarim/
Komentar
Posting Komentar